Rebalas Pedia - ini mengungkap akhir hidup yang tragis sekaligus ironis dari Antonio Scarpa, seorang ahli anatomi ternama pada abad ke-19.
Scarpa dikenal sebagai tokoh penting dalam dunia kedokteran, khususnya di bidang neuroanatomi, berkat penemuan-penemuan yang berpengaruh besar.
Namun, di balik reputasinya sebagai ilmuwan brilian, ia juga memiliki sisi kelam: dikenal angkuh, kejam, dan sarat ambisi. Scarpa kerap menyingkirkan lawan-lawan akademisnya, menuntut kesetiaan mutlak dari murid-muridnya, serta memaksa mereka bekerja hingga kelelahan.
Menjelang akhir hayatnya, Scarpa menderita nyeri hebat akibat batu kandung kemih. Penyakit tersebut merenggut nyawanya pada 31 Oktober 1832, bertepatan dengan perayaan Halloween.
Namun, kematiannya justru menjadi awal dari babak paling aneh dalam kisah hidupnya. Proses autopsi tubuh Scarpa dilakukan oleh Carlo Beolchin, asisten yang selama bertahun-tahun berada di bawah tekanan sikap otoriter sang guru besar.
Diduga sebagai bentuk balas dendam terakhir, Beolchin memenggal kepala Scarpa dan mengawetkannya.
Tindakan itu bukan ditujukan untuk kepentingan ilmiah atau penghormatan, melainkan sebagai simbol kendali akhir terhadap sosok yang semasa hidupnya mendominasi semua orang di sekelilingnya.
Hingga kini, hampir dua abad kemudian, kepala Scarpa yang diawetkan masih tersimpan di sebuah museum di Pavia, Italia.
Diletakkan di dalam kotak kaca, kepala itu menjadi saksi bisu yang membeku dalam waktu—pengingat bahwa bahkan sosok terpandang sekalipun dapat berakhir dengan cara yang ganjil dan merendahkan.
Bukan semata artefak anatomi, kepala ini sekaligus menjadi simbol dari kisah kekuasaan, tirani, dan kejatuhan yang sangat manusiawi.
Komentar
Posting Komentar