Rebalas Pedia - Arthur dan Bernardo mengalami craniopagus, kondisi langka di mana kembar siam menyatu di bagian tengkorak.
Ini hanya terjadi pada sekitar 1 dari 2,5 juta kelahiran, dan operasi pemisahannya sangat berisiko karena melibatkan jaringan otak, pembuluh darah, dan struktur vital lainnya.
Keberhasilan operasi ini sangat terbantu oleh teknologi realitas virtual (VR). Tim dokter mensimulasikan setiap tahap operasi dengan model 3D interaktif berdasarkan hasil pemindaian MRI dan CT scan, memungkinkan mereka “berlatih” sebelum menyentuh pasien secara nyata.
Ini adalah contoh luar biasa dari bagaimana VR dan pencitraan medis modern mampu mengurangi risiko dan meningkatkan akurasi dalam pembedahan kompleks.
Operasi ini dipimpin oleh Dr. Noor ul Owase Jeelani, seorang ahli bedah saraf anak asal Inggris, dan bekerja sama dengan tim di Brasil. Lebih dari 100 profesional medis terlibat—termasuk ahli bedah saraf, ahli anestesi, perawat, dan teknisi—dalam 23 jam operasi non-stop.
Setelah bertahun-tahun hidup tanpa bisa melihat satu sama lain, momen saat Arthur dan Bernardo bisa saling menatap untuk pertama kalinya adalah puncak emosional dari seluruh perjuangan mereka.
Ini bukan sekadar pencapaian medis, tetapi juga simbol keberanian, ketekunan, dan harapan. Kisah ini dapat menginspirasi: Profesional medis, bahwa kemajuan teknologi dan kolaborasi bisa membawa solusi bagi tantangan yang tampaknya mustahil. Masyarakat luas, bahwa keajaiban medis bisa terjadi lewat kerja sama dan inovasi.
Komentar
Posting Komentar