Just Room Enough Island: Pulau Ini Hanya Muat Untuk Satu Rumah

Kisah Paling Menyentuh dalam Sejarah Dunia, Hachiko Anjing Setia yang Menunggu Tuannya 9 Tahun Sampai Nafas Terakhirnya

Rebalas Pedia - Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh dinamika, kisah tentang kesetiaan tanpa syarat dari seekor anjing bernama Hachiko menjadi pengingat bahwa cinta sejati tak mengenal batas waktu maupun ruang.

Kisah Hachiko bukan sekadar legenda dari Jepang, melainkan sebuah pelajaran emosional yang menyentuh hati manusia di seluruh dunia. Lahir pada tahun 1923 di Prefektur Akita, Jepang, Hachiko adalah seekor anjing dari ras Akita Inu—ras asli Jepang yang dikenal karena kesetiaan dan keteguhannya.

Ia diadopsi oleh Profesor Hidesaburo Ueno, seorang akademisi di Universitas Tokyo. Setiap pagi, Hachiko mengantarkan Profesor Ueno ke Stasiun Shibuya dan kembali menjemputnya saat sore hari. Rutinitas ini menjadi simbol dari ikatan mendalam antara manusia dan hewan peliharaannya.

Namun, pada suatu hari di tahun 1925, rutinitas itu terhenti. Profesor Ueno wafat secara mendadak akibat pendarahan otak ketika sedang mengajar di kampus. Ia tidak pernah kembali ke Stasiun Shibuya pada hari itu—dan untuk selamanya.

Namun, Hachiko yang tidak menyadari kepergian tuannya, tetap setia menunggu di stasiun tersebut, hari demi hari, tahun demi tahun. Selama sembilan tahun penuh, setiap sore pada waktu yang sama, Hachiko kembali ke tempat ia biasa menunggu sang profesor.

Keteguhan hatinya menarik perhatian para penumpang dan warga sekitar. Awalnya dianggap sebagai anjing liar, Hachiko kemudian menjadi sosok yang dihormati. Banyak orang mulai memberinya makanan, tempat berteduh, dan kasih sayang, seakan ia adalah bagian dari keluarga mereka.

Kisah Hachiko mulai dikenal publik secara luas setelah pada tahun 1932, sebuah surat kabar lokal menerbitkan artikel tentangnya. Sejak saat itu, Hachiko menjadi ikon nasional—simbol dari kesetiaan yang tak tergoyahkan. Pada 8 Maret 1935, Hachiko ditemukan meninggal dunia di jalanan dekat Stasiun Shibuya.

Ia mengembuskan napas terakhir di tempat yang sama di mana ia menunggu tuannya selama sembilan tahun. Foto terakhir Hachiko, dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, menjadi simbol perpisahan yang mengharukan dan abadi.

Sebagai bentuk penghormatan, sebuah patung perunggu Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya pada tahun 1934, semasa ia masih hidup. Patung ini kini menjadi salah satu landmark paling terkenal di Tokyo, serta titik temu yang populer bagi warga dan wisatawan.

Setiap tanggal 8 Maret, masyarakat Jepang memperingati Hari Hachiko untuk mengenang warisan kasih sayang dan kesetiaannya. Fakta menarik dari kisah ini adalah bahwa Hachiko—seperti banyak anjing dari ras Akita—memiliki kecenderungan biologis untuk menjalin ikatan emosional yang sangat kuat dengan pemiliknya.

Studi genetika bahkan menunjukkan bahwa ras ini memiliki struktur sosial yang kompleks dan naluri perlindungan yang tinggi terhadap manusia. Kisah Hachiko melampaui sekadar narasi tentang seekor hewan peliharaan.

Ia adalah lambang cinta tanpa pamrih, kesetiaan sejati, dan keteguhan hati yang tak lekang oleh waktu. Di era modern yang serba cepat, Hachiko mengingatkan kita bahwa nilai-nilai kesetiaan dan kasih sayang masih memiliki tempat yang istimewa dalam hidup manusia.

Sumber: Wikipedia – Hachiko, the Faithful Dog of Japan

Komentar