Rebalas Pedia - Lebih dari 4.800 tahun yang lalu, di tengah gurun tandus di tenggara Iran, seorang wanita dari kota kuno Shahr-i-Sokhta berjalan dengan sebuah mata yang bukan berasal dari tubuhnya, melainkan hasil rekayasa manusia.
Pada Desember 2006, para arkeolog menemukan sebuah prostetik mata pada soket mata kerangka wanita tersebut—sebuah penemuan luar biasa yang tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi medis masa itu, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang status sosial dan budaya masyarakat kuno.
Prostetik mata tersebut berdiameter sekitar 2,5 cm dan terbuat dari bahan pasta ringan berbasis bitumen. Irisnya dilapisi dengan lapisan emas tipis dan dihiasi dengan ukiran berbentuk sinar matahari, yang kemungkinan besar memiliki makna simbolis terkait kekuasaan, spiritualitas, atau bahkan status ilahi.
Adanya lubang-lubang kecil di sisi prostetik menunjukkan bahwa mata buatan ini pernah dijahit ke kelopak mata wanita tersebut menggunakan benang emas—indikasi bahwa benda ini memiliki fungsi tidak hanya estetis, tetapi juga praktis.
Identitas wanita ini masih menjadi misteri, namun karakteristik prostetik tersebut mengindikasikan bahwa ia bukanlah sosok biasa.
Kehalusan detail dan teknologi yang digunakan menunjukkan bahwa ia kemungkinan merupakan anggota keluarga bangsawan atau pendeta perempuan yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat Zaman Perunggu.
Kota Shahr-i-Sokhta sendiri dikenal sebagai pusat peradaban yang maju, dengan sistem penulisan awal, tata kota terencana, serta seni dan arsitektur yang mengagumkan. Penemuan mata buatan ini diyakini sebagai prostetik tertua yang pernah ditemukan dalam sejarah arkeologi.
Lebih dari sekadar peninggalan medis, artefak ini menunjukkan bahwa manusia telah lama memahami konsep rekonstruksi tubuh dengan alat bantu buatan—sebuah pencapaian luar biasa yang mencerminkan kecanggihan ilmu pengetahuan dan budaya ribuan tahun silam.
Di balik lapisan emas pada mata buatan tersebut, tersembunyi kisah tentang peradaban yang jauh lebih kompleks, terampil, dan berbudaya dibandingkan yang selama ini kita bayangkan.
Komentar
Posting Komentar