Menyedihkan, Rakun Kecil ini Hanya Tertegun Saat Rumah yang Selama ini Menaunginya Telah Hancur
pada tanggal
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Rebalas Pedia - Ia tetap berdiri, bingung mencari tempatnya untuk pulang.
Di tengah bentangan hutan yang kini sunyi, seekor rakun kecil berdiri di atas sisa-sisa kehidupannya—reruntuhan rumah yang pernah memberinya rasa aman dan hangat.
Pohon-pohon yang dahulu rindang kini tinggal tunggul dan serpihan. Aroma tanah basah yang biasa menenangkan kini tergantikan oleh debu dan bau mesin. Dunia yang ia kenal telah berubah terlalu cepat, terlalu tiba-tiba.
Bagi manusia, mungkin ini hanya satu pohon lagi yang ditebang. Satu proyek lagi yang berjalan sesuai rencana.
Tapi bagi rakun ini, itu adalah dunia. Tempat di mana ia dilahirkan, bermain di bawah naungan dedaunan, bersembunyi dari ancaman, dan tertidur dalam dekapan ibunya. Tempat ia pertama kali mengenal cahaya mentari yang hangat menembus celah ranting.
Kini, ia berdiri sendiri. Mungil dan tampak rapuh di antara sisa kehancuran. Namun ada sesuatu dalam caranya menatap—diam namun tegar. Ia tidak berlari, tidak mengeluh. Ia berdiri, seolah ingin mengatakan kepada dunia: “Aku masih di sini.”
Ini bukan hanya pemandangan yang mengiris hati. Ini adalah simbol kehilangan—dan juga ketabahan. Simbol dari makhluk kecil yang terdampak oleh keputusan besar manusia.
Ia hadir sebagai pengingat bahwa setiap batang pohon yang tumbang, setiap hektar hutan yang dibuka, bukan hanya mengubah lanskap, tapi merobek-robek rumah yang tak terlihat oleh mata kita.
Mungkin inilah waktunya kita bertanya:
Berapa banyak rumah yang telah kita hancurkan tanpa kita sadari?
Dan lebih dari itu:
Berapa banyak kehidupan yang harus berdiri sendirian sebelum kita benar-benar peduli?
Komentar
Posting Komentar